Wednesday, January 13, 2016

Tips Sederhana Menjadi "Koki" Kata (Editor)

Ini pengalaman pertama menjadi seorang editor..bener-bener pemula. Meski yang ku edit bukan hasil goresan tinta penulis bestseller,  tapi aku bangga saat diminta melakukannya.  ya..naskah yang ku edit adalah hasil karya peserta TWC 5 (penulis bestseller juga sebenarnya...meski baru calon hehe...). Seperti terceritakan pada postingan sebelumnya, Penghujung tahun 2015 aku mengikuti Teacher Wi riting Camp (TWC 5) yang digagas oleh Guru Sejuta Nge-Blog. Hasil riil TWC adalah terbitnya buku berisi kumpulan tulisan karya peserta. Panitia memintaku untuk menjadi editor sebelum naskah masuk percetakan. Tanpa berpikir dua kali aku sanggupi dengan pertimbangan
"aku jadi belajar kepenulisan" (sekarang editor siapa tahu besok bisa jadi penulis bestseller...iya kan? aamiin#teringat jejak langkah Bapak Ukim sebelum jadi penulis).
Ternyata, menjadi editor mengasyikan juga...kita dituntut untuk meramu dan memberi bumbu pada tulisan dengan takaran pas supaya rasa dan tampilan tulisan menjadi menarik, enak dibaca dan mudah dipahami oleh  pembaca..bak seorang koki handal saat memasak dan menyajikan menu makanan.
Meski aku yakin, hasil editing kemarin masih jauh dari sempurna (sekali lagi harap maklum masih pemula banget..), namun learning by doing nya membuatku sedikit (baru sedikit...) paham bagaimana membuat tulisan supaya rapi, menarik, dan enak dibaca (ini hasil diskusi dengan rekan sekantor yang kebetulan guru Bahasa Indonesia lo...heheh..). Nah, dari beberapa kali diskusi, aku ingin membagikannya kepada teman-teman di sini yang aku sebut sebagai "tips sederhana menjadi koki kata" yang semoga ada manfaatnya...
1. Tanda baca ditulis langsung di belakang kata yang diikuti tanpa diberi sepasi ya...ingat.. gak usah diberi sepasi lo..soalnya biar gak ketinggalan kereta..kasihan kalau sampai ketinggalan nanti sendirian dong...
ex: Aku menulis cerita. (tanda titik nempel di belakang kata cerita)
      Ke mana perginya burung itu? (tanda tanya nempel di belakang kata itu)
2. Kata-kata yang berasal dari bahasa asing sebisa mungkin ditulis miring...tujuannya untuk membedakan mana produk asli dalam negeri dan mana yang bule ..heheh...
ex:  setiap hari menulis di blog
       surprise diminta menjadi editor
3. Kata di, ke jika dibelakangnya diikuti dengan kata yang menujukkan tempat, jangan lupa ditulis terpisah ya...jangan digandeng terus biar mandiri jalannya.
ex: di jalan, ke sekolah
4. Jika ada pengulangan kata, jangan lupa gunakan tanda sambung (-) ...kasihan kalo tidak disampung, nanti terlihat gak akur dong...
ex: sama-sama, makan-makan
5. Kata-kata gaul boleh ko digunakan, tapi kalau bisa ditulis miring juga seperti istilah asing biar sejajar seperti bahasa bule..ixixi ngaco ya..
ex: melihatmu tersenyum hatiku jadi berbunga-bunga dech.
6. Kata "ku" di depan kata lain ditulis terpisah karena menggantikan kata aku ya..namun beda halnya jika ditulis di belakang kata lain, ini harus di sambung
ex: ku miliki,
      ku paham apa yang kamu maksud
      Kau milikku

to be continue...

Friday, January 8, 2016

Tembakan Yang Tak Bisa Terelak

Pukul 01.15 WIB
37 halaman dari 166
Oh My God..Sepertinya aku sudah gila..ya..tak berpikir panjang langsung menggulirkan kata "siap" ke gawang Bang Namin AB Ibnu Solikhin saat Si Abang ini memintaku untuk menjadi editor karya teman-teman peserta TWC5.
Sedikit flashback, hari terakhir kegiatan TWC5, semua peserta diminta membuat karya sebanyak 8 halaman yang nantinya akan dijadikan satu untuk dibukukan. Pagi-pagi saat memasuki ruang pertemuan, Bang Namin tiba-tiba memanggil dan menyampaikan, "Bu Nila nanti jadi editor naskah teman-teman ya."
Glek..langkah terhenti, satu detik..dua detik..otak tak sempat berpikir panjang, Entah kekuatan dari mana tiba-tiba mulut dengan entengnya menjawab "siapppp".
Aku terpengarah sendiri...lah..kenapa ku jawab siap??hati sedikit mengutuk mulut yang telah lancang berucap. aku ini siapa? aku sudah bisa nulis apa? karya belum punya, bukan guru bahasa indonesia pula, apalagi penulis best seller dunia, aku hanyalah penikmat catatan dan rangkaian kata dari orang-orang hebat. Dengan alasan apa pula Si Abang memintaku untuk menjadi editor??
Terlanjur basah..fakta berbicara aku telah menjawab "siappp" artinya ludah tak mungkin ku telan kembali. mau tidak mau aku harus mau...
Namun hati sedikit mendamaikan..benar kata orang, "kata hati tak bisa dibohongi, dan kata hati pasti selalu benar." mengapa mulut sampai mengucap kata "siappp" dengan sigap saat Bang Namin meminta jadi editor mungkin karena respon hati lebih cepat sampai ke mulut.
Yah...mungkin ini hal baru bagiku. dan baru pernah aku diberi kepercayaan seseorang untuk mengedit karya tulisan meski saat kuliah dulu aku juga aktif di UKM penerbitan bahkan sampai tingkatan Pemimpin Redaksi..tetapi ilmu itu telah lama aku tinggalkan. selepasnya..aku mesti belajar kembali.
Namun prinsip "belajar sepanjang hayat dan man jadda wa jadda" sepertinya telah melekat betul dlm relung hati hingga amanah apapaun yang diterima pantang untuk ditolak. dari sinilah mulut dengan sigap mengatakan "siapp" pada Bang Namin.
dan kini...betul-betul menikmati...166 halaman inti dan 19 halaman pengantar dari naskah teman-teman telah masuk ke emailku, siap menantiku memberi polesan agar terlihat makin cantik dan tampan. namun...pesan yang terkirim bersama lampiran naskah dari orang yang mengirimnya membuatku terberdaya..ya sangat sangat terberdaya...seorang awam diminta mengedit 185 halaman dalam waktu 3 hari........keren benerrrrrr...."siaaaapppp" jawabku kepada sipengirim..(siapa nih..pengirimnya??? hahaha..)
but..tak ada yang tak mungkin di dunia ini.."siap" yang terucap insyaallah aku pertanggungjawabkan..jikapun melebihi batas waktu 3 hari...dan jika pun banyak yang masih gagal edit, mohon dimaafkan ya Bang Namin...Mohon bimbingan selalu...hehehe.....
semangat...

dan saat ini baru 37 dari 166+19..hahayyy..aku pasti bisa...
justru dari sini aku jadi belajar...
terima kasih Bang Namin atas kesempatannya...

Wednesday, January 6, 2016

BANGKIT DARI "MATI SURI"

Setelah sekian lama tenggelam dalam timbunan aktivitas dan medsos lain.. awal 2016 ku sentuh laman ini untuk mengalirkan kembali gairah menulis yang sempat kehilangan nyawa. Terinspirasi dari teman-teman hebat yang Allah anugrahkan padaku melalui kegiatan Teaching Writing Camp (TWC 5) di akhir tahun 2015 serasa aliran darah yang menembus tepat di jantung kehidupanku. inilah tulisan pertamaku di tahun 2016, yang aku anggap sebagai mukodimah dan semoga memberi  inspirasi dan keberkahan bagi semua..

Yuk saya awali dengan sedikit catatan kecil

Jika Anda menggunakan waktu dengan hitungan Masehi, pastilah Anda menganggap 1 Januari menjadi sesuatu yang special, bukan begitu??  1 Januari menjadi awal Anda menghitung waktu yang akan dilalui dalam hidup dan menjadi awal Anda mereview perjalanan hidup yang telah dilalui. Potongan-potongan puzzle kehidupan selama satu tahun ke belakang dapat menjadi guliran amunisi untuk kehidupan di masa depan yang lebih baik. Kesalahan yang pernah kita lakukan bukan untuk menjadikan kita tenggelam, keberhasilan yang pernah kita raih bukan untuk menjadikan kita pamrih. Keikhlasan hidup dan kebermaknaan diri kita untuk orang lain yang akan menjadikan hidup lebih hidup. 
Jadikan diri kita punya manfaat bagi orang lain...semangat... 

Thursday, October 22, 2015

penelitian tindakan kelas tahun pelajaran 2015/2016

 “RINEKA” BERBASIS “VISIC NET”
SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KETRAMPILAN
PRAKTIK AKUNTANSI BAGI PESERTA DIDIK KELAS XI IPS 1
SMA NEGERI 1 BOBOTSARI PURBALINGGA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh : Triawati Agusnila, S.Pd. *)

ABSTRAK
Abstrak: Tujuan penelitian adalah meningkatkan ketrampilan praktik akuntansi bagi peserta didik, meningkatkan rata-rata hasil ulangan harian dan meningkatkan prosentase ketuntasan belajar peserta didik kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Bobotsari. Manfaat penelitian adalah melihat lebih dalam pemanfaatan akuntansi di dunia usaha, meningkatkan ketrampilan peserta didik dalam memanfaatkan IT (Information Technology) pada pencatatan akuntansi, melatih jiwa kreatif yang bertanggung jawab, meningkatkan strategi dan kualitas pembelajaran akuntansi di kelas, meningkatkan kualitas kinerja guru dan menanamkan jiwa entrepreneur. Penelitian dilakukan dua siklus. Siklus I empat pertemuan, siklus II dua pertemuan. Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan ketrampilan peserta didik 77%, rata-rata hasil ulangan harian 78 dan prosentase ketuntasan peserta didik 79%. Siklus II menunjukkan prosentase ketrampilan peserta didik 85%, rata-rata hasil ulangan harian 80 dan prosentase ketuntasan belajar peserta didik 85%. Pembelajaran “Rineka” berbasis “Visic Net” mampu meningkatkan ketrampilan praktek akuntansi peserta didik kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Bobotsari semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

Kata Kunci: rineka, visic net, ketrampilan, praktik akuntansi.


*) Guru Ekonomi/Akuntasi SMA Negeri 1 Bobotsari Purbalingga

artikel hasil penelitian tindakan kelas tahun pelajaran 2014/2015

  “TOSERBA ROCI” SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI DAN PEMAHAMAN BELAJAR TAHAP PENGIKHTISARAN AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA BAGI PESERTA DIDIK KELAS XI IPS 1
SMA NEGERI 1 BOBOTSARI PURBALINGGA
SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Triawati Agusnila *)
zayyanganteng@gmail.com

ABSTRAK

Abstrak: rumusan masalah penelitian adalah bagaimana metode tutor sebaya berbantu media rainbow circle (Toserba Roci) dapat meningkatkan partisipasi dan pemahaman belajar tahap pengikhtisaran akuntansi perusahaan jasa bagi peserta didik kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Bobotsari Purbalingga. Penelitian dilakukan 2 siklus, masing-masing siklus 4 kali pertemuan. Subjek penelitian partisipasi dan pemahaman belajar peserta didik kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Bobotsari Purbalingga semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian memperlihatkan terjadi peningkatan partisipasi peserta didik dari 71% pada siklus I menjadi 81% pada siklus II dan peningkatan pemahaman belajar peserta didik dari 66% pada siklus I menjadi 79% pada siklus II serta peningkatan rata-rata hasil ulangan harian dari 73,35 menjadi 79 dan jumlah peserta didik yang mencapai ketuntasan hasil belajar dari 68% menjadi 80%.

Kata kunci:    toserba roci, partisipasi, pemahaman dan tahap pengikhtisaran akuntansi

Abstract: The formulation of the problem in this research is how the mediaassisted method of peer tutoring rainbow circle (Toserba Roci) can increase the participation and understanding of the learning phase summarizing accounting services company for students of class XI IPS 1 in SMA 1 Bobotsari Purbalingga. This research was conducted in two cycles. Each cycle consisted of four sessions. The subjects were students of class XI IPS 1 SMA 1 Bobotsari Purbalingga second semester of the school year 2013/2014. An increase in the participation of learners from 71% in the first cycle to 81% in the second cycle and increased understanding of learners from 66% in the first cycle to 79% in the second cycle and the increase in the average daily test results from 73.35 to 79 and number of learners who achieve mastery learning outcomes of as much as 68% to 80%.

Keywords:      toserba roci, participation, understanding and summarizing phase accounting


*) Guru Ekonomi/Akuntasi SMA Negeri 1 Bobotsari Purbalingga



PENDAHULUAN
Metode ceramah yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran di kelas kurang efektif dilihat dari rendahnya partisipasi peserta didik yang hanya 49% dan rendahnya tingkat pemahaman belajar peserta didik yang hanya 43,5%. Data hasil evaluasi terakhir juga menunjukkan peserta didik yang mendapat nilai tuntas hanya 16 anak atau 40%. Berdasar hasil angket, 25 anak atau 65% anak dengan jujur mengatakan bahwa meski pagi hari ada pelajaran akuntansi, tetapi malam harinya mereka tidak belajar. Hal ini sangat menarik peneliti untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action Research sebagai upaya meningkatkan partisipasi dan pemahaman belajar peserta didik pada pokok bahasan tahap pengikhtisaran akuntansi perusahaan jasa, fokus penelitian pada penggunaan “Toserba Roci” yang merupakan singkatan dari tutor sebaya berbantu media rainbow circle.
Rumusan masalah penelitian ini adalah “bagaimanakah model tutor sebaya berbantu media rainbow circle dapat meningkatkan partisipasi dan pemahaman belajar peserta didik kelas XI IPS 1 pada pokok bahasan tahap pengikhtisaran akuntansi perusahaan jasa?
Dari rumusan di atas, penelitian ini bertujuan untuk 1) Mendiskripsikan proses pembelajaran akuntansi pokok bahasan tahap pengikhtisaran akuntansi dengan model tutor sebaya berbantu media rainbow circle, 2) Mendiskripsikan peningkatkan partisipasi peserta didik pada proses pembelajaran tahap pengikhtisaran akuntansi perusahaan jasa. 3) Mendiskripsikan peningkatkan pemahaman peserta didik pada pokok bahasan tahap pengikhtisaran akuntansi perusahaan jasa.
Dengan demikian manfaat penelitian ini adalah 1) Melatih sikap kerja sama yang positif antar peserta didik. 2) Meningkatkan rasa percaya diri pada peserta didik terutama bagi peserta didik yang berperan sebagai tutor pada saat menerangkan materi kepada teman-temannya. 3) Meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi. 4) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran di kelas.

LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Toserba Roci
Toserba Roci digunakan peneliti untuk menyingkat kalimat “tutor sebaya berbantu rainbow circle”. Toserba Roci merupakan model pembelajaran tutor sebaya dengan kombinasi penggunaan media rainbow circle atau lingkaran pelangi. Rainbow circle merupakan media pembelajaran hasil kreasi inovasi peneliti.
Tutor Sebaya
Pengertian Tutor Sebaya
Suherman (2003) mengatakan bahwa tutor sebaya adalah siswa yang pandai memberikan bantuan belajar kepada siswa yang kurang pandai. Sutikno (2007) mengatakan bahwa untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dianjurkan agar pendidik membiasakan diri menggunakan komunikasi banyak arah yaitu komunikasi yang tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara pendidik dengan peserta didik melainkan juga antara peserta didik dengan peserta didik lain. Trianto (2007) juga mengatakan bahwa guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen, yang pandai mengajar yang lemah, yang tahu memberitahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. Konsep model pembelajaran di atas dinamakan sebagai model pembelajaran tutor sebaya.
Tata Cara Penyelenggaraan Tutor Sebaya
Model tutor sebaya dalam pembelajaran dapat berjalan dengan baik jika seorang guru memperhatikan dan melaksanakan beberapa prosedur penyelenggaraan, antara lain:
Menentukan siapa yang akan ditunjuk menjadi tutor.
Beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan ketika guru menunjuk peserta didik menjadi seorang tutor adalah: 1) memiliki kepandaian lebih unggul dari pada peserta didik lain, 2) memiliki kecakapan dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru, 3) mempunyai kesadaran untuk membantu teman lain, 4) mampu menjalin kerja sama dengan sesama peserta didik, 5) memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok tutornya sebagai yang terbaik, 6) dapat diterima dan disenangi siswa yang mendapat program tutor sebaya, 7) mempunyai daya kreativitas yang cukup untuk memberikan bimbingan
Langkah-Langkah Pembelajaran Model Tutor Sebaya
Langkah-langkah pembelajaran dengan model tutor sebaya: Bagi para siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen sebanyak 5 – 7 orang, setiap kelompok dibantu oleh siswa yang pandai sebagai tutor, beri waktu yang cukup untuk persiapan, setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan tugasnya secara berurutan sesuai dengan materi, beri kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan.
Kelebihan Model Tutor Sebaya
Kelebihan model tutor sebaya adalah 1) sangat baik bagi anak yang mempunyai perasaan takut pada gurunya, 2) pekerjaan tutor akan memperkuat konsep dan pengetahuannya secara lebih baik dari apa yang telah dibahas, 3) bagi tutor menjadi tempat untuk melatih diri, tanggung jawab dalam menjalankan tugas, dan kesabaran, 4) mempererat hubungan antar siswa, 5) para siswa lebih mandiri dan bersikap dewasa dan punya rasa setia kawan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tutor sebaya adalah model pembelajaran yang memanfaatkan kemampuan lebih yang dimiliki beberapa peserta didik untuk membantu peserta didik lain yang masih mengalami kesulitan dalam memahami suatu materi. Pelaksanaan tutor sebaya dalam pembelajaran akuntansi khususnya jurnal penyesuaian dilakukan peneliti dengan cara membagi kelas menjadi delapan kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 orang peserta didik. Pembagian kelompok dilakukan secara heterogen. Peserta didik yang ditunjuk sebagai tutor pada tiap kelompok dengan memperhatikan hal-hal antara lain: nilai tinggi yang mereka dapatkan pada hasil evaluasi sebelum pokok bahasan jurnal penysuaian, mempunyai cara berkomunikasi yang baik, mempunyai jiwa kompetisi yang baik dan mempunyai toleransi yang tinggi.
Rainbow Circle
Rainbow circle adalah media yang terbuat dari susunan-susunan kertas karton yang berbentuk lingkaran dengan tiga ukuran berbeda. Tiap lingkaran terbagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan akun yang dibuat penyesuaiannya. Tiap bagian lingkaran diberi warna-warna yang berbeda pula untuk membedakan antara akun yang satu dengan yang lain. Warna merah untuk penyusutan aktiva tetap, warna merah muda untuk akun pemakaian perlengkapan, warna ungu untuk akun beban dibayar di muka yang dicatat sebagai harta, warna coklat untuk akun beban dibayar di muka yang dicatat sebagai beban, warna biru untuk akun pendapatan diterima di muka yang dicatat sebagai pendapatan, warna hijau untuk akun pendapatan diterima dimuka yang dicatat sebagai utang, warna kuning untuk akun beban yang masih harus dibayar dan warna jingga untuk akun pendapatan yang masih harus diterima.
Susunan lingkaran ini terdiri dari tiga bagian, lingkaran paling besar berisi nama-nama akun yang membutuhkan penyesuaian, lingkaran tengah untuk penjelasan dari masing-masing nama akun yang membutuhkan penyesuaian sedangkan lingkaran yang paling kecil berisi cara pencatatan dari masing-masing akun penyesuaian. Ketiga lembar lingkaran kemudian disusun menjadi satu dan diberi sumbu pada tengahnya. Jika tutor ingin menjelaskan satu nama akun kepada teman-temannya, tutor tinggal memutar setiap lingkaran supaya ketiga lingkaran tersebut bertemu dalam warna yang sama. Sebelumnya susunan warna pada tiap lingkaran dibuat tidak sama, hal ini bertujuan supaya ketika ada satu warna yang di sejajarkan, maka warna lain tidak akan sama. Tujuannya adalah untuk memudahkan peserta didik fokus pada satu akun yang sedang dipelajari.

Partisipasi
Konsep Partisipasi
Partisipasi menurut Tjokrowinoto dalam Suryosubroto (2002) adalah penyertaan mental dan emosi seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya pikir dan perasaan mereka bagi terciptanya tujuan-tujuan bersama dan tanggung jawab terhadap tujuan tersebut.
Kunci sukses model tutor sebaya adalah partisipasi aktif dari peserta didik. Hal ini sejalan seperti yang disampaikan Trianto (2007) bahwa guru tidak dibenarkan mengelola tingkah laku siswa dalam kelompok secara ketat, dan siswa memiliki ruang dan peluang untuk secara bebas mengendalikan aktivitas-aktivitas di dalam kelompoknya.
Upaya Mendorong Partisipasi
Upaya yang dapat dilakukan seorang guru untuk mendorong partisipasi aktif dari peserta didik adalah sebagai berikut: 1) sabar saat menunggu respon, karena seorang siswa dalam menyampaikan gagasannya kadang perlu waktu, 2) pantau partisipasi kelas, 3) beri siswa tugas yang memerlukan komunikasi (Sutikno, 2007)
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat diambil benang merah bahwa partisipasi merupakan keikutsertaan peserta didik dalam proses pembelajaran. Indikator partisipasi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini antara lain: mengajukan pendapat, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengerjakan soal yang diberikan guru, ketepatan dalam mengerjakan soal.
Pemahaman Belajar
Pemahaman didefinisikan proses berpikir dan belajar. Dikatakan demikian karena untuk menuju ke arah pemahaman perlu diikuti dengan belajar dan berpikir. Dalam Taksonomi Blomm, pemahaman adalah kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari pengetahuan. Pengertian pemahaman menurut Anas Sudijono (1996) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
Sudjana (2010) membagi pemahaman dalam tiga kategori, yakni sebagai berikut: (a) tingkat pertama atau tingkat terendah yaitu pemahaman terjemahan, (b) tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok; dan (c) pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi, yaitu pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan mampu melihat di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus ataupun masalahnya.
Memperhatikan uraian-uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa pemahaman merupakan salah satu bentuk pernyataan dari hasil belajar. Indikator pemahaman menunjukkan bahwa pemahaman mengandung makna lebih luas atau lebih dalam dari pengetahuan. Pada dasarnya indikator pemahaman itu sama, yaitu dengan memahami sesuatu berarti seseorang dapat mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan, menafsirkan, memperkirakan, menentukan memperluas, menyimpulkan, menganalisis, memberi contoh, menuliskan kembali, mengklasifikasikan, dan mengikhtisarkan.
Hubungan Pemahaman dan Hasil Belajar
Kemampuan pemahaman peserta didik sangat erat kaitannya dengan kemampuan belajar peserta didik, dengan demikian pemahaman akan berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Hal ini sejalan seperti yang disampaikan Usman (2002) bahwa pemahaman sebagai bagian dari domain kognitif hasil belajar. Ia menjelaskan bahwa pemahaman mengacu pada kemampuan memahami makna materi. Jika tingkat pemahaman peserta didik tinggi, maka hasil belajar juga tinggi, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian dapat disimpulkan salah satu indikator keberhasilan pemahaman peserta didik adalah dilihat dari hasil belajarnya.
Dari penjelasan di atas, tinjauan pemahaman yang peneliti gunakan dalam penelitian ini, antara lain: 1) peserta didik bisa mengerjakan soal-soal yang diberikan tanpa bantuan teman, 2) peserta didik bisa menerangkan kembali materi yang sudah diajarkan guru, 3) peserta didik bisa mengambil kesimpulan dari materi yang telah diajarkan guru, 4) peserta didik bisa memberi contoh soal terkait dengan materi yang diajarkan guru, 5) hasil belajar peserta didik di akhir pembelajaran.
Tahap Pengikhtisaran Akuntansi Perusahaan Jasa
Materi akuntansi di tingkat Sekolah Menengah Atas tertuang dalam Standar Kompetensi yang ada pada silabus kelas XI IPS berupa Penyusunan Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa.
Penyusunan siklus akuntansi pada perusahaan jasa secara garis besar terbagi lagi menjadi beberapa tahap, yaitu, tahap pencatatan mencakup pembuatan jurnal umum dan buku besar, tahap pengikhtisaran mencakup pembuatan neraca saldo, jurnal penyesuaian, dan kertas kerja serta tahap pelaporan mencakup pembuatan laporan keuangan.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup materi penelitian hanya tahap pengikhtisaran berupa pembuatan jurnal penyesuaian dan kertas kerja.

KERANGKA BERPIKIR
Hasil pengamatan awal di lapangan menunjukkan tingkat partisipasi, pemahaman belajar  dan hasil ulangan harian di kelas XI IPS 1 masih rendah, hasil pengamatan dianalisis untuk dicari faktor penyebabnya, faktor ini yang kemudian digunakan sebagai dasar bagi peneliti untuk melakukan tindakan menjadi sebuah penelitian. Dari sini muncul proses pembelajaran menggunakan tutor sebaya berbantu media rainbow circle yang dapat membantu peserta didik lebih mudah memahami konsep akuntansi.

HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasar kajian teori dan kerangka berpikir di atas, hipotesis tindakan penelitian ini adalah Toserba Roci dapat meningkatkan partisipasi dan pemahaman belajar pokok bahasan tahap pengikhtisaran akuntansi perusahaan jasa bagi peserta didik kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Bobotsari semester genap tahun pelajaran 2013/2014.

METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bobotsari pada bulan April sampai dengan Juli 2014. Subjek penelitian adalah partisipasi dan pemahaman belajar peserta didik. Penelitian dilakukan di kelas XI IPS 1 yang berjumlah 40 orang dengan pertimbangan: pertama kelas XI IPS 1 memiliki prestasi hasil belajar paling rendah pada ulangan harian II dengan rata-rata nilai hanya 69,3, kedua prosentase partisipasi peserta didik dalam pembelajaran masih rendah hanya 49%, ketiga pemahaman belajar peserta didik masih rendah hanya 43,5%,
Desain penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaa, tindakan, pengamatan dan refleksi. Data penelitian diambil dari hasil observasi dalam urutan kegiatan penerapan model tutor sebaya dengan media rainbow circle (siklus) yang dilakukan oleh observer dan data dari peserta didik yang berupa hasil angket, hasil observasi kelas, jurnal, hasil belajar dan wawancara. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, teknik wawancara, dokumentasi, angket, dan tes. Sedangkan alat pengumpul data berupa instrument pada dokumen daftar nilai, dokumen catatan partisipasi peserta didik, lembar observasi, dan butir soal test tertulis.
Data kuantitatif dan kualitatif dari angket dan hasil belajar peserta didik dianalisis secara analisis statistic diskriptif untuk mencari nilai prosentase pemahaman belajar, tingkat partisipasi dan nilai rerata, serta dapat menyajikan data yang menarik, mudah dibaca dalam bentuk grafik maupun tabel.
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah 1) Meningkatnya partisipasi peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Peningkatan partisipasi peserta didik dapat dilihat dari peningkatan prosentase setiap aspek partisipasi yang diamati dengan rata-rata partisipasi >=75%. 2) Meningkatnya pemahaman belajar peserta didik tentang tahap pengikhtisaran akuntansi dilihat dari peningkatan prosentase setiap aspek pemahaman yang diamati dengan rata-rata pemahaman >= 75%. 3) Meningkatnya rata-rata hasil ulangan harian pokok bahasan tahap pengikhtisaran akuntansi perusahaan jasa yang dicapai oleh peserta didik minimal 75. 4) Meningkatnya prosentase ketuntasan belajar siswa dengan rata-rata ketuntasan >=75%.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Diskripsi Kondisi Awal
Hasil pengamatan awal menunjukkan rata-rata partisipasi peserta didik dalam peroses pembelajaran hanya 49%. Hasil rata-rata ulangan harian peserta didik pra penelitian hanya 69,35. Sebanyak 16 peserta didik atau 40% peserta didik tuntas belajar dan 24 peserta didik belum tuntas belajar.
Diskripsi Siklus I
Siklus I dilaksanakan 4 kali pertemuan, dengan rincian 3 kali pertemuan untuk pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk ulangan harian.
Tingkat partisipasi peserta didik pada siklus I untuk pertemuan pertama, kedua dan ketiga adalah sebagai berikut:
No.

Kegiatan
Pertemuan
1
2
3
Jml
%
Jml
%
Jml
%
1.
Mengajukan pendapat
7
17,5
1
2,5
14
35
2.
Menjawab pertanyaan
18
45
14
35
14
35
3.
Pengajukan pertanyaan
28
70
98
245
75
187,5
4.
Mengerjakan soal
31
77,5
37
92,5
40
100
5.
Tepat waktu
0
0
10
25
40
100
Jumlah %

42

80

91,5
Rata-Rata Prosentase
71%

 














Gambar 2. Pembelajaran awal dengan Toserba Roci

Pemahaman Belajar Peserta Didik pada Siklus I
Data evaluasi pemahaman belajar peserta didik pada siklus I pertemuan ketiga dapat dilihat sebagai berikut:
No.
Kualifikasi
Jumlah Peserta didik
Ya
%
Tidak
%
1.
Tahu maksud materi yang diajarkan oleh guru
30
75
10
25
2.
Bisa mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan guru tanpa bantuan teman
26
65
14
35
3.
Bisa menerangkan kembali materi yang sudah diajarkan oleh guru
20
50
20
50
4.
Bisa mengambil kesimpulan dari materi yang telah diajarkan guru
34
85
6
15
5.
Bisa member contoh soal dari materi yang telah diajarkan guru
22
55
16
45
Rata-rata
66%
Tabel 5. Hasil Evaluasi Pemahaman Peserta Didik Siklus I

Hasil Belajar Peserta Didik pada Siklus I
Test akhir siklus untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, diperoleh data sebagai berikut:
Σ
Peserta didik
Rentang Nilai
Frekuensi
Hasil yang diperoleh
Peserta didik Tuntas
%
Peserta didik Belum Tuntas
%
36
90 – 100
7
27
68
13
32
80 – 89
8
70 – 79
12
60 – 69
1
50 – 59
8
40 – 49
4
Jumlah
40
Nilai rata-rata 73,33
Tabel 6. Hasil Nilai Ulangan Harian (KKM 76) Siklus I

Berdasarkan tabel 6, diperoleh data hasil tes tertulis pada akhir siklus I: jumlah peserta didik yang berhasil mencapai KKM (76) adalah 27 peserta didik atau 68%. Sedangkan rata-rata nilai peserta didik sebesar 73,33.
Dari data yang diperoleh selama pelaksanaan siklus I dapat disimpulkan bahwa dengan demikian indikator kinerja: 1) Meningkatnya partisipasi peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung dengan rata-rata >= 75 belum tercapai karena pada siklus I hanya tercapai 71%. 2) Meningkatnya pemahaman belajar peserta didik dilihat dari peningkatan setiap aspek pemahaman dengan rata-rata >= 75 belum tercapai karena pada siklus I hanya tercapai 66%. 3) Meningkatnya rata-rata hasil ulangan harian pokok bahasan jurnal penyesuaian yang dicapai oleh peserta didik minimal 75 belum tercapai karena pada siklus I hanya 73,33. 4) Meningkatnya prosentase ketuntasan belajar siswa dengan rata-rata ketuntasan >= 75% belum tercapai karena pada siklus I hanya 68%.
Keseluruhan proses pada siklus I direfleksi sebagai dasar untuk perencanaan pada siklus II. Pada dasarnya partisipasi peserta didik, pemahaman belajar, rata-rata ulangan harian, dan prosentase ketuntasan belajar pada siklus I mengalami kenaikan dibandingkan dengan kondisi awal tetapi prosentase ketercapaiannya belum sesuai dengan indikator keberhasilan yang peneliti harapkan, dengan demikian perlu adanya perbaikan untuk tahap siklus berikutnya. Dalam pelaksanaan tindakan, ada beberapa hal yang menjadi catatan guru, yaitu: 1) Guru perlu terus mengingatkan untuk selalu memanfaatkan media belajar yang sudah disediakan. 2) Guru perlu memberikan perhatian lebih pada anggota kelompok yang cenderung individual, sehingga tidak terjadi dominasi pada beberapa peserta didik. 3) Guru memberi perhatian lebih pada tutor yang mengalami kesulitan untuk menjelaskan pada anggota kelompoknya. 4) Media dapat dibagikan kepada semua peserta didik. 5) Membuat buku kerja untuk memudahkan peserta didik dalam mengerjakan latihan soal.

 














Gambar 3. Kegiatan Siklus 1

Diskripsi Siklus Kedua
Siklus II dilakukan dalam 4 kali pertemuan. Dari kegiatan refleksi siklus I, guru melakukan penambahan tindakan yaitu dengan membuat buku kerja siswa. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah siswa melakukan aktivitas pembuatan kertas kerja.

Partisipasi Peserta Didik pada Siklus II
Tingkat partisipasi peserta didik pada siklus II pertemuan pertama, kedua dan ketiga sebagai berikut :
No.

Kegiatan
Pertemuan
1
2
3
Jml
%
Jml
%
Jml
%
1.
Mengajukan pendapat
9
23
7
18
5
17,5
2.
Menjawab pertanyaan
18
45
17
43
10
25
3.
Pengajukan pertanyaan
50
125
56
140
70
175
4.
Mengerjakan soal
40
100
40
100
40
100
5.
Tepat waktu
40
100
37
93
40
100
Jumlah %

79

80

84
Rata-Rata Prosentase
81%
Tabel 7. Partisipasi Peserta Didik Siklus II (3 kali pertemuan)

Pemahaman Belajar Peserta Didik pada Siklus II
Data evaluasi untuk mengetahui indikator pemahaman belajar peserta didik pada siklus II pertemuan ketiga dapat dilihat sebagai berikut:
No.
Kualifikasi
Jumlah Peserta didik
Ya
%
Tidak
%
1.
Tahu maksud materi yang diajarkan oleh guru
34
85
6
15
2.
Bisa mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan guru tanpa bantuan teman
31
77,5
9
22,5
3.
Bisa menerangkan kembali materi yang sudah diajarkan oleh guru
26
65
14
35
4.
Bisa mengambil kesimpulan dari materi yang telah diajarkan guru
35
87,5
5
12,5
5.
Bisa member contoh soal dari materi yang telah diajarkan guru
32
80
6
15
Rata-rata
79%
Tabel 8. Hasil Evaluasi Pemahaman Peserta Didik Siklus II

Hasil Belajar Peserta Didik pada Siklus II
Pertemuan keempat adalah test akhir siklus II untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, dari test akhir tersebut diperoleh data sebagai berikut:
Σ
Peserta didik
Rentang Nilai
Frekuensi
Hasil yang diperoleh
Peserta didik Tuntas
%
Peserta didik Belum Tuntas
%
40
90 – 100
5
32
80
8
20
80 – 89
15
70 – 79
18
60 – 69
1
50 – 59
1
40 – 49
0
Jumlah
40
Nilai rata-rata: 79
Tabel 9. Hasil Nilai Ulangan Harian (KKM 76) Siklus II

Dari data pada tabel 9, diperoleh kesimpulan hasil tes tertulis pada akhir siklus II sebagai berikut: jumlah peserta didik yang berhasil mencapai KKM (76) adalah sebanyak 32 peserta didik atau 80%. Sedangkan rata-rata nilai peserta didik sebesar 79.


 









Gambar 4. Kegiatan siklus II

Dari data yang diperoleh selama pelaksanaan siklus II dapat disimpulkan bahwa dengan demikian indikator kinerja: 1) Meningkatnya partisipasi peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung dengan rata-rata >= 75 sudah tercapai karena tingkat partisipasi peserta didik pada siklus II sebesar 81%. 2) Meningkatnya pemahaman belajar peserta didik dilihat dari pengingkatan setiap aspek pemahaman dengan rata-rata >= 75 sudah tercapai karena tingkat pemahaman pada siklus II sebesar 79%. 3) Meningkatnya rata-rata hasil ulangan harian pokok bahasan kertas kerja yang dicapai oleh peserta didik minimal 75 sudah tercapai karena rata-rata ulangan harian siklus II sebesar 79. 4) Meningkatnya prosentase ketuntasan belajar siswa dengan rata-rata ketuntasan >= 75% sudah tercapai karena prosentase ketuntasan ulangan harian pada siklus II sebesar 80%.

Berdasarkan data pada tabel 10 dapat disimpulkan bahwa dari keempat indikator kinerja yang ditentukan dalam penelitian ini seluruhnya tercapai setelah siklus II berakhir, dengan demikian siklus tidak dilanjutkan.
Berdasarkan proses pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dilakukan pada siklus I dan siklus II diperoleh data perolehan nilai kelompok sebagai berikut: kelompok I nilai 915, kelompok dua nilai 859, kelompok 3 nilai 933, kelompok empat nilai 939, kelompok lima nilai 822, kelompok enam nilai 841, kelompok tujuh nilai 828 dan kelompok delapan nilai 862.
Pembahasan
Siklus I
Siklus I dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan. Guru membuat rencana pembelajaran untuk 4 kali pertemuan. Berdasarkan hasil pengamatan siklus I untuk data partisipasi serta pemahaman belajar yang diperoleh siswa dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran pada siklus I masih belum mencapai harapan keberhasilan, hal ini dikarenakan peserta didik masih memiliki rasa malu dan enggan, anak belum terbiasa bertanya pada tutor jika ada materi yang belum dipahami. Selain itu anak juga masih malu-malu memanfaatkan media rainbow circle yang sudah peneliti sediakan, untuk mengatasi hal tersebut, peneliti setiap saat selalu mengingatkan anak agar lebih maksimal dalam memanfaatkan media dan teman sebaya yang berperan sebagai tutor. 2) Pemahaman belajar pada siklus I masih belum mencapai harapan keberhasilan, demikian juga dengan rata-rata hasil ulangan harian dan prosentase ketuntasan. Dengan demikian peneliti bersama rekan sejawat terus memotivasi peserta didik untuk meningkatkan frekuensi belajar mereka di rumah.
Keseluruhan proses pada siklus I direfleksi sebagai dasar untuk perencanaan pada siklus II. Pada dasarnya partisipasi peserta didik, pemahaman belajar, rata-rata ulangan harian, dan prosentase ketuntasan belajar pada siklus I mengalami kenaikan dibandingkan dengan kondisi awal tetapi prosentase ketercapaiannya belum sesuai dengan indikator keberhasilan yang peneliti harapkan, dengan demikian perlu adanya perbaikan untuk tahap siklus berikutnya. Dalam pelaksanaan tindakan, ada beberapa hal yang menjadi catatan guru, yaitu: 1) Guru perlu terus mengingatkan untuk selalu memanfaatkan media belajar yang sudah disediakan, 2) Guru perlu memberikan perhatian lebih pada anggota kelompok yang cenderung individual, sehingga tidak terjadi dominasi pada beberapa peserta didik, 3) Guru memberi perhatian lebih pada tutor yang mengalami kesulitan untuk menjelaskan pada anggota kelompoknya, 4) Media dapat dibagikan kepada semua peserta didik, 5) Membuat buku kerja untuk memudahkan peserta didik dalam mengerjakan latihan soal.
Siklus II
Hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II terlihat anak lebih semangat berpartisipasi aktif dalam kelompoknya, mereka sudah tidak merasa segan dan malu lagi untuk bertanya pada tutor, selain itu mereka juga sudah lebih luwes dan terbiasa belajar dengan media rainbow circle.
Pada siklus II peserta didik sudah memahami konsep tahap pengikhtisaran akuntansi perusahaan jasa dan sudah mampu membuat jurnal penyesuaian dan kertas kerja, peserta didik sangat berpartisipasi dalam mengikuti pembelajaran, tutor sudah mampu melakukan perannya dengan baik hal ini dapat dilihat dari peningkatan setiap indikator dalam penelitian yang telah tercapai.
Berdasarkan nilai yang diperoleh dari semua indikator ketercapaian pada siklus I dan II, maka didapat hasil nilai keseluruhan untuk tiap kelompok. Berdasarkan data yang ada, terlihat bahwa yang menjadi pemenang pada penilaian kelompok adalah juara 1 kelompok 4, juara 2 kelompok 3, dan juara 3 kelompok 1. Guru memberi reward untuk masing-masing kelompok yang menjadi juara 1, 2 dan 3.
Dari penelitian tindakan ini diperoleh hasil mengapa peserta didik kurang semangat belajar. Ternyata dengan segala kemudahan dan kemajuan teknologi yang tersedia, hal ini justru membuat peserta didik menjadi cenderung malas untuk belajar. Mereka menganggap belajar merupakan kegiatan monotan yang tidak mengasyikan dengan demikian guru harus betul-betul dapat membuat model pembelajaran yang membuat anak menjadi enjoy belajar, salah satunya adalah dengan memanfaatkan Toserba Roci.
Proses pembelajaran dengan menggunakan Toserba Roci tidak selalu berjalan mulus, ada beberapa kendala yang dihadapi antara lain: 1) waktu diskusi yang terkadang kurang, 2) Tutor terkadang kesulitan menerangkan kepada teman jika ada teman yang bertanya secara kritis, 3) tidak semua tutor bisa menggunakan bahasa yang mudah dipahami temannya. Guna mengatasi kendala tersebut, guru harus betul-betul berperan sebagai fasilitator diantara mereka supaya kendala tersebut tidak menimbukan masalah bagi proses pemeblajaran mereka.
Media rainbow circle memang media sederhana berbahan dasar karton, tetapi setidaknya media ini dapat membuat peserta didik tertarik untuk menggunakannya dalam proses pembelajaran dan yang terpenting berdasarkan hasil penelitian dapat meningkatkan partisipasi dan pemahaman belajar peserta didik. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan pasca pembelajaran kepada beberapa peserta didik. Hampir semua anak mengatakan bahawa mereka menyukai media rainbow circle dan memberikan pernyataan yang positif terkait dengan media ini. Media rainbow circle memberi kemudahan belajar sehingga proses belajar tidak hanya monoton berkutat pada buku.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan Toserba Roci dapat meningkatkan partisipasi peserta didik dan pemahaman belajar tahap pengikhtisaran akuntansi di kelas XI IPS 1. Peningkatan partisipasi dan pemahaman belajar ini berdampak positif pada peningkatan rata-rata hasil ulangan harian peserta didik dan peningkatan prosentase ketuntasan belajar bagi peserta didik kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Bobotsari pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014.
Saran
Mengingat pembelajaran dengan Toserba Roci dapat meningkatkan partisipasi peserta didik, disarankan permainan ini dapat diterapkan pada pembelajaran tahun mendatang dengan materi yang sama. Pembelajaran dengan memanfaatkan Toserba Roci menuntut guru untuk lebih memotivasi peserta didik dalam ketrampilan membuat jurnal penyesuaian dan kertas kerja. Dengan demikian disarankan permainan ini dapat digunakan oleh guru-guru lain yang kebetulan mengampu mata pelajaran yang sama. Bagi peneliti, menjadi motivasi untuk terus berkarya lebih baik lagi dalam pembelajaran dengan cara terus berinovasi menciptakan  model dan media pembelajaran baru yang dapat bermanfaat di sekolah.
  
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Sudiono Anas, 1996, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Raja Grafindo Perkasa, Jakarta.
Sudjana Nana, 2010, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suherman, 2003, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: UPI
Sutikno Sobry, 2013, Belajar dan Pembelajaran sebagai Upaya Kreatif dalam Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil, Lombok: Holistica.
Suryosubroto, 2002, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta.
Trianto, 2007, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka.

Usman, Moh. Uzer, 2002, Menjadi Guru Profesional Edisi II, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.